Thursday, May 19, 2016

Serunya Keliling Pulau Angso Duo Pantai Putih dan Jejak Peradaban Islam di Pariaman


Ingin menikmati suasana pantai yang berpasir putih bersih, berada di tidak jauh dari pusat kota dan menariknya lagi memiliki nilai sejarah yang tinggi. Nah, silahkan saja coba berkunjung ke Pulau Angso Duo. Pulau ini berada di Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Sumatra Barat.

Ada satu pantun Minangkabau yang cukup terkenal mengenai Pulau Angso Duo ini yang secara turun temurun disampaikan dari generasi ke genarasi yaitu Pulau Pandan jauah di tangah, di baliak Pulau si Angso Duo. Hancua Badan dikanduang tanah, budi baiak takana juo. Artinya walaupun sudah tidak ada di dunia budi baik akan tetap di kenang selamanya. Sudah sekian lama Pulau Angso Duo menjadi sastra lisan di Minangkabau, tapi tidak banyak yang tahu akan potensi dan pesonanya.

Pulau Angso Duo merupakan salah satu dari 6 gugus pulau-pulau kecil yang dimiliki oleh Kota Pariaman yang begitu kesohor akan keindahnnya dan nilai sejarah yang tersemat di dalamnya. Tidak heran, bila banyak pelancong yang ingin mencicipi pesonanya. Bukan hanya dari turis lokal saja loh tapi dari turis asing juga ramai datang ke pulau ini.

Menaiki Kapal Wisata


Menjelajah pulau ini dapat dimulai dari dermaga Pantai Gandoria yang mengadap langsung dan terlihat jelas sekali. Trasnportasi yang digunakan berupa speedboat atau kapal perahu nelayan atau juga perahu wisata dengan muatan maksimal 30 penumpang yang telah stand by menanti pengunjung untuk mengantar ke seberang pulau ini. 

Untuk masuk ke pulau gratis dan hanya membayar jasa kapal resmi dengan tarif sebesar Rp.40.000 per orang. Itu untuk jasa kapal pegi-pulang, retribusi daerah dan termasuk asuransi loh.


Kapal mulai berlabuh membelah lautan yang riak air selama kapal melaju begitu terasa. Lantaran gelombang cukup tinggi. Sedikit cemas, tapi tidak lama sebab tidak perlu memakan waktu yang lama, untuk bisa ke pula Pulau Angso Duo hanya 15 menit dengan speedboat atau sekitar 20 menit dengan kapal wisata. 

Tentunya tergantung dengan kecepatan kapalnya. Jarak dari Pantai Gandoriah ke Pulau Angso Duo sekitar 1,9 mil. Nah, batas waktu penyeberangan terakhir menuju Pulau Angso Duo pada pukul 15.00 WIB dan untuk pulangnya pukul 18.00 WIB.


Pulau Angso Duo dan Landmark yang Hits


Ketika itu kapal mulai merapat di dermaga ada juga yang langsung di tepi pantai. Penumpang turun satu persatu. Kegembiraan terpancar dari raut muka mereka yang ingin segera menjelajah pulau ini. Pantai landai yang berpasir putih nan lembut ini, nyiur melambai pohon kelapa, semilir angin dan aroma khas pesisir akan menyapa saat menginjakan kaki di Pulau Angso Duo. 

Menariknya lagi, setelah mengijakan kaki di pulau ini akan disambut oleh tulisan Angso Duo yang besar. Tulisan ini dibangun 3 dimensi berwarna merah dengan tinggi sekitar 2 meter dan terbentang sekitar 5 meter. Tulisan ini juga menghadap daratan Sumatra yang terlihat sangat jelas bila berada Pantai Gandoria dan sekitarnya. Bisa jadi Pulau Angso Duo adalah pulau pertama yang memilik sign di Sumatera Barat bahkan Indonesia.


Ini menjadi landmark tersendiri bila berkunjung ke Pulau Angso Duo. Rugi bila tidak mengabadkan momen dengan berfoto dan selfie ria dengan latar tulisan ini. Bermacam gaya bisa dilakukan, mau foto narsis, melompat atau berpasangan layaknya foto pra wedding. Tentunya dengan sesuka hati dan sampai puas. Asal kuat saja bermain bersama terik matahari hehe

Surau Katiak Sangko dan Kuburan Panjang Jejak Peradaban Islam di Pariman


Puas berfoto ria. Coba melangkah menuju Surau Katik Sangko dan singgah sejenak melihat sebuah kuburan panjang yang panjangnya hingga 4,5 meter ini. Lokasinya tidak jauh dari landmark Angso Duo. Memang selain untuk wisata alam, pulau ini juga sebagai wisata religi.

Dari berbagai literatur, kabarnya kuburan panjang itu diyakini milik Syekh Katik Sangko seorang ulama besar yang masih kerabat dekat dari Syekh Baharuddin yang merupakan salah satu ulama penyebar agama Islam di Minangkabau. Masyarakat mengkeramatkan kuburan panjang ini.

Cerita Syekh Katik Sangko tidak terlepas dari catatan perjuangan kedatangan Islam di ke pesisir pantai Pariaman yang dibawa oleh Syekh Burhanuddin. Ulama ini menuntut ilmu di Aceh bersama Abdurrauh Singkel selama 30 tahun kemudian pulang ke Minangkabau pada tahun 1660. 


Namun, kepulangannya tidak mendapat sambutan yang mulus, dia dihadang. Untuk menghindari konflik, maka Syekh Burhanuddin dan kawan-kawannya terpaksa mendarat di pulau Angso Duo. Salah satu kawan yang menjaga sang ulama ini adalah Syekh Katik Sangko.


Terdampar selama 40 hari di pulau Angso Duo, selama 40 hari di pulau itu dikabarkan semuanya menuaikan shalat lima waktu berjemaah. Namun, selama di pulau itu, Katik Sangko menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan di sini. Hingga makamnya itu menjadi legenda di pulau Angso Duo. Makam Katik Sangko ini dirawat dan dipelihara sebagai sebuah bukti sejarah perjalanan Islam di Minangkabau.

Selain itu, di sini terdapat juga sebuah musalla yang bernama Surau Katik Sangko digunakan untuk beribadah bagi para peziarah yang kerap kali datang ke makam panjang. Surau ini tidak begitu luas dengan ukuran kira-kira 4x4 meter dan berbentuk rumah adat Minangkabau.

Tidak hanya itu di sini masih menyimpan sejumlah makam yang dari berbatu nisannya tertuliskan 1329 Masehi dan 1315 Masehi. Ada juga sebuah sumur tua  yang kedalamannya sekitar 2,5 meter terbuat dari susunan apik batu karang tanpa semen yang diprediksi berumur hampir seribu tahun.

Serunya Keliling Pulau Angso Duo


Lepas melihat surau Surau Katik Sangko dan berziarah ke kuburan panjang, bisa dilanjutkan dengan trakking mengelilingi pulau Angso Duo ini. Bila dilihat topografi pulau ini tidak berbukit dan relatif datar sehingga para wisatawan dapat berkeliling dengan mudah baik melalui tepian pantai atau mengikuti jalur trakking.

Pulau ini tidak begitu luas hanya 5,13 Ha yang terdiri dari 1,25 Ha hamparan pasir, 3,88 Ha kawasan vegetasi dan luas terumbu karang 16, 49 Ha. Hamparan pasir mengelilingi seluruh pulau dan dapat dikelilingi dengan waktu kira-kira 25 menit dan bila dengan jalur trakking kira-kira 15 menit.

Tenang saja tidak akan tersesat sebab sudah tersedia jalur pejalan kaki berbeton yang lebarnya 1 meter yang terdapat bebatuan yang disusun sedemikian rupa. Ada mitosnya loh, jika berkeliling pulau dengan jalan kaki kemudian berdoa, maka apa yang diharapkan nantinya akan terwujud gitu.


Bila menyusuri jalur pejalan kaki cukup nyaman tidak panas dan sejuk karena dikelilingi oleh pepohonan di sepanjang jalannya dan akan menyusuri tepian hutan yang tidak begitu rapat. Umumnya, vegetasi yang ada di pulau ini berupa pohon kelapa, waru, ketapang hingga semak-semak. Selama perjalanan akan menemui beberapa tempat yang menarik untuk disinggahi seperti akan melewati beberapa buah gazebo-gazebo dari kayu yang menghadap langsung ke laut.

Taman OPC (Orang Pariaman Creative) di Pulau Angso Duo


Selanjutnya akan masuk ke kawasan Taman OPC (Orang Pariman Creative). Di taman ini terdapat berbagai properti tempo dulu sebagai penunjang untuk berfoto ria dengan nuansa yang klasik. Pengunjung dapat berfoto sepuasnya dengan memanfaatkan properti yang ada baik di kawasan hutan atau di tepian pantai. Usai mengabadikan gambar silakan berikan uang seikhlasnya di kotak-kotak yang telah disediakan pada tiap tempat untuk berfoto.

Sayangnya, sekarang sudah tidak ada lagi taman ini.



Angsa Dua (Angso Duo) di Pulau Angso Duo


Di sekitar sini terdapat sepasang angsa yang menjadi ikon dari nama pulau ini yaitu Angos Duo (angsa dua). Memang tidak ada literatur jelas yang menceritakan asal muasal dari penamaan pulau ini dan dari mana pula sepasang angsa itu berasal.

Beberapa kalangan berpendapat nama Syekh Katik Sangko dikaitkan dengan mitos asal mula nama Pulau Angso Duo, yakni petunjuk berupa awan berbentuk angsa yang membawa sang ulama datang dan menetap ke pulau itu.  Bila ditanya kepada masyarakat akan mendapatkan jawaban yang berbeda-beda. Tentunya perlu ada kajian yang mendalam mengenai nama pulau ini.


Perjalanan dilanjutkan kembali menyusuri hutan-hutan yang tidak begitu rapat, sejuk dan menyegarkan hingga akan sampai ke dermaga yang terdapat beberapa kafe milik masyarakat dan rumah penginapan yang dapat disewa oleh pengunjung bagi yang ini homestay atau bermalam untuk menikmati pulau ini. Pengunjung dapat juga berkemah di alam bebas dan mancing di laut. Seru juga kan!

Wahana Air di Pulau Angso Duo


Setelah puas berkeliling pulau, tidak ada salahnya juga mencoba berbagai macam wahana air yang tersedia di Pulau Angso Duo ini. Pantainya yang putih dan lembut sangat menarik untuk bermain bersama keluarga atau teman sejawat, ditambah dengan ombak yang bersahabat serta airnya yang jernih tidak lengkap rasanya untuk bermain air.

Di Pulau Angso Duo juga tersedia wahana menguji adernalin berupa permainan air banana boat yang bisa dinikmati dengan merogoh kocek Rp.25 ribu untuk sekali main (harga ini bisa berubah sewaktu-waktu).


Memang dalam beberapa tahun belakangan ini wisata bahari di Sumatra Barat sedang menggeliatnya, termasuk yang berkunjung ke Pulau Angso Duo. Berbagai paket tour antar pulau banyak tersedia tergantung pada pelancong untuk memilih itenerinya yang ditawarkannya. Bukan sekedar menikmati keindahannya, tapi seakan berwisata kepulau ini sudah menjadi life style tersediri bagi pelancong terutama generasi pencandu sosial media.

Pulau Angso Duo telah dikelola dengan baik dan telah berpenghuni, lokasinya bersih dan mengunjung tidak perlu repot untuk membuang sampah karena hampir setiap sudut pulau tersedia tempat sampah. Mari bersama-sama untuk menjaganya.

Pulau Angso Duo memang menjadi objek wisata pulau primadona milik Kota Pariaman yang terus dibenahi dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Semua itu untuk membuat rasanya nyaman bagi pengunjung. Tidak diragukan lagi pesona Pulau Angso Duo dan sekelumit misteri dari makam ulama dan namanya yang melekat pada pulau ini, menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan untuk menghabiskan liburannya.

Penginapan Pulau Angso Duo


Dermaga Pulau Angso Duo


Akhirnya petang pun telah tiba, langit perlahan mulai merona jingga. Kapal sudah siap mengantarkan penumpangnya kembali ke Pantai Gandoria dan pulang ke rumahnya masing-masing. Memang telah seharian berkelana rasanya tidak cukup. Setidaknya sudah menjelajah keindahan Pulau Angso Duo, si putih lembut laksana bulu angsa yang menawan itu.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

4 comments:

  1. Replies
    1. ia mas Budy, pantainya putih dan aksik untuk selfie2 hahaha

      Delete
  2. mas budi...
    penginapan dsana apa y yg bagus?
    hotel saphira bagus ga ya?

    ReplyDelete